Ketika berteman dengan blogger buku, saya baru tahu bahwa tulisan di belakang sebuah buku bukanlah sinopsis, melainkan blurb. Tulisan yang bersifat menjual, yang berguna untuk memancing naluri pembaca. Saya selalu mengira itu sinopsis. Lalu saya yakin sekali, betapa agak memalukannya diri ini.
(Betapa agak = agak dengan level tertinggi *halah*)
Saya yang suka ngaku-ngaku cinta buku ini, minim sekali pemahaman tentang buku. Padahal mimpinya pengen punya novel solo. Sementara ini baru rilis 8 buku antologi, kalau pun ada buku solo itu pun baru buku nikah.
Eit, tapi itu pun mesti duet dulu ya.
Walhasil, saya mau banget belajar membuat sinopsis. Walau sebagian penulis akan menganggap itu mah gimpiiiil. Tapi, pada WORKSHOP BEKRAF CREATE WRITERPRENEUR (18 – 20 September 2017) lalu, saya tidak sendiri. Ternyata banyak teman-teman penulis Balikpapan yang juga berpikiran serupa. Saya sendiri mendapat undangan untuk mengikuti workshop ini berkat kontribusi di buku antologi SALOME DAN ORANG-ORANG BALIKPAPAN.
Selama 3 hari, kami diajak untuk belajar membuat SINOPSIS YANG FILMIS. Buat saya menulis sinopsis itu tidak senyaman ketika membuat cerpen yang feel-nya bisa mengalir begitu saja atau ngeblog, yang bahasanya seselera gue aja mah.
Tapi, sebelum saya ceritakan kisah pembuatan sinopsis ini, sedikit saya ceritakan tentang WORKSHOP CREATE WRITERPRENEUR yang diadakan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (bekraf.go.id) Direktorat Edukasi Ekonomi Kreatif – Deputi Riset, Edukasi dan Pengembangan. Workshop ini menghadirkan: Kirana Kejora (Novelis), Oka Aurora (Novelis dan Penulis Skenario), Endri Pelita (Sutradara) sebagai narasumber utama. Lalu sebagai sambutan ada Sani Gazali (Ketua Forum Ekonomi Kreatif Balikpapan), Hj. Sri Sutantinah (Ass II Pemkot Balikpapan). Dan dari BEKRAF sendiri ada Ibu Poppy Savitri (Direktur Edukasi Bekraf) dan Mas Caca (cuma tahu panggilannya Caca saja) selaku moderator yang memandu kami dengan galak namun kocak berderai-derai *apasih*
PERINGATAN :
TULISAN INI PANJANG BANGET :(
TULISAN INI TIDAK MELULU MEMBAHAS TEKNIK MEMBUAT SINOPSIS. TULISAN INI MERUPAKAN REPORTASE, KESIMPULAN PRIBADI DAN SEBAGIAN CURHAT SAYA.
BE CREATIVE
Apa yang terbesit ketika pertama kali mendengar Bekraf? Saya sih mikirnya spesies keju terbaru (aishhhh, maaf -_-). Sejalan dengan waktu, saya pun tahu BEKRAF merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian. Bu Poppy Savitri menjelaskan bahwa BEKRAF layaknya bayi, masih baru sekali. Banyak yang belum memahami eksistensinya terutama ditujukan pada pelaku seni dan kreatif. Karena itu isu miring pun kerap diterima lembaga yang memiliki misi menyatukan seluruh aset dan potensi kreatif Indonesia untuk mencapai ekonomi kreatif yang mandiri. Pesan Bu Poppy hal itu tidaklah mengapa, karena layaknya bayi, pe-er masih menumpuk di depan mata.
Setidaknya ada 16 subsektor yang ditangani BEKRAF, yakni : (1)Aplikasi dan Pengembang Permainan (2)Arsitektur (3)Desain Interior (4)Desain Komunikasi Visual (5)Desain Produk (6)Fashion (7)Film, Animasi, dan Video (8)Fotografi (9)Kriya (10)kuliner (11)Musik (12)Penerbitan (13)Periklanan (14)Seni Pertunjukan (15)Seni Rupa (16)Televisi dan Radio
Upaya ini sejalan dengan ungkapan Ibu Sri Sutantinah mengenai Kota Balikpapan yang disebut-sebut kekurangan SDA-nya namun bukan berarti potensi SDMnya tidak dapat dikembangkan dan menjadi potensial. Terbukti banyak sekali anak muda kreatif di Balikpapan.
KIRANA KEJORA
Tahu film ‘Ayah Menyayangi Tanpa Akhir’ yang diperankan Fedi Nuril ? Atau ‘Air Mata Terakhir Bunda’ yang diperankan Vino G.Bastian yang rilis Oktober 2013 ? Nah, kedua judul film ini berasal dari buku laris dengan penulis yang sama, Kirana Kejora atau yang akrab disapa mbak Key (K). Memulai materinya, mbak Kirana lebih banyak menuturkan kisah hidupnya yang inspiratif. Tidak berlatar belakang dari pendidikan sastra, namun pernah menjadi wartawati, Mbak Kirana memang memiliki ketertarikan pada dunia literasi. Lulusan fakultas perikanan ini lebih dikenal sebagai penulis indie, karena awalnya buku-bukunya diterbitkan sendiri. Saat ini buku-bukunya sudah banyak terbit termasuk dari penerbit mayor. Beberapa karyanya: Elang, Querido, Air Mata Terakhir Bunda, Ayah Menyayangi Tanpa Akhir, Pencarian Cinta Terakhir, Surga di Atas Awan, Rindu Terpisah di Raja Ampat, Senja di Langit Ceko.
Kirana Kejora Sumber : IG @kiranakejora |
Bukan apa-apa ketika Mbak Kirana memilih jalur indie, selain untuk menjaga keaslian tulisannya, penulis juga bisa menetapkan omzetnya dan mengawasi jalur pemasaran bukunya. Mbak Kirana pun menjelaskan beberapa perbedaan menerbitkan buku di jalur indie dan penerbit mayor. Namun, ada keuntungan bila sebuah buku diterbitkan oleh penerbit mayor yang umumnya sudah berpengalaman di bidang promosi dan distribusi. Masalah royalti juga disebut-sebut, seingat saya beliau menyebut tidak ingin ribet dengan royalti sehingga memakai sistem beli putus.
Materi Mbak Kirana ini lebih banyak membahas pada tips-tips menulis dan menjadi penulis serta istilah kepenulisan. Diantaranya:
· Seorang novelis yang ingin menyajikan data dalam sebuah buku bisa diambil dari dua cara, yakni sekunder ( googling, maps, sampel) dan primer (riset).
· Buatlah judul yang baik, yaitu : inovatif, informatif, komunikatif, kreatif dan provokatif. Juga jangan pernah lupakan tagline (kalimat setelah judul). Buatlah tagline semenarik mungkin.
· Bagaimana membentuk karakter tokoh? Ini bisa dipelajari dengan banyak mengamati individu di sekitar kita. Pintar-pintarlah “membaca” manusia.
· Pada isi buku, alinea pertama itu berpengaruh pada psikis karena sifatnya persuasif. Hindarkan pengulangan kata, jangan spoiler. Rencakan juga cover yang bagus. Pilih kertas buram, jangan HVS terang karena selain tebal juga tidak nyaman pada mata. Kalau buat saya pribadi, kertas buram membuat imajinasi lebih mengalir.
· Oya, Mbak Kirana juga mengingatkan pentingnya seorang penulis memahami klausul kontrak (dengan penerbit) dikarenakan kebiasaan seorang penulis yang hanya ingin menulis saja hingga tidak menyadari nasib bukunya di masa depan.
OKA AURORA
Saya kira, presentasi yang dibawakan Mbak Oka Aurora pada hari kedua inilah yang menjadi inti pembelajaran kami, yakni membahas skenario-premis-dan sinopsis. Pada sesi ini pembahasan suatu cerita sudah dikaitkan dengan FILM, bukan lagi menjadikan sebuah buku seperti pembahasan sebelumnya.
Mbak Oka pun tidak lupa menjelaskan alasan mengapa ia terjun ke dunia penulisan skenario padahal tadinya beliau lulusan engineering. Alasannya adalah karena CINTA. Selama kita mencintai dunia literasi dan memang menjadi passion, maka jalani saja—kalau tidak ya jangan. Kalimat ini terus menerus diulang Mbak Oka.
Mbak Oka mengaku juga banyak belajar dari penulis skenario dan saat ini masih terus belajar. Karyanya yang berjudul “12 Menit : Kemenangan Untuk Selamanya” berhasil menyabet piala FFB 2014. “12 Menit” juga merupakan salah satu novelnya yang inspiratif di Tanah Bontang-KalTim. Karya-karyanya yang lain baik novel dan film adalah, “Hijabers In Love”, “Ada Surga di Rumahmu”, “Strawberry Surprise”, “Silariang (film terbaru)”.
Menulis skenario berbeda dengan penulisan novel. Saya jadi tergambar, bahwa cerita dari sebuah novel memiliki jalur yang cukup panjang juga ya untuk menjadi film. Apakah penulis skenario bisa menjadi profesi? Mbak Oka mengatakan YA, dengan cukup hati-hati menyebutkan angka yang bisa diterima seorang penulis skenario, misalnya saja untuk FTV jatuh di kisaran Rp 5 juta, dan untuk lainnya bisa lebih dari itu.
Kami juga diajak untuk menelaah sebuah film. Umumnya film-film mempunyai INTI TEMA yang sama, yaitu BERSIFAT HUMANIS. Tema bisa disingkat 3-5 kata. Misalnya, film FINDING NEMO, temanya : Kekuatan cinta ayah mencari anaknya. Terlepas dari apapun genre film tersebut dan secara eksplisit menampilkan unsur tidakmanusiawi, namun TEMA yang BERSIFAT HUMANIS mendorong seseorang yang menyaksikan film tersebut, pulang dengan menggondol pesan yang baik.
PREMIS
Merupakan ide besar cerita, tempat bergantung sebuah cerita atau alasan atau asumsi yang mendasari cerita. Premis bisa disusun dalam 3-5 kalimat.
Kerangka Premis;
“ SOMEBODY WANTS SOMETHING VERY BADLY BUT HAVING A HARD TIME TO GETTING IT”
- Somebody (WHO)
- Wants Something (WHAT, WHEN)
- Very Badly (WHY)
- But having a hard time getting it (HOW)
Bila dimasukkan dalam kalimat, menjadi :
“Seseorang (atau lebih yang menjadi inti cerita) yang menginginkan ‘sesuatu namun mengalami tantangan dalam perjalanannya.”
Contoh :
HOME ALONE : Seorang bocah lelaki yang ditinggal sendirian saat Natal yang berusaha mencegah perampok masuk ke rumahnya.
Contoh lain :
Seorang gadis desa yang polos bernama Ana yang sangat ingin bekerja di ibukota namun harus menghadapi kerasnya ibukota.
Sepasang kekasih yang sangat ingin bersatu tapi tidak mendapat izin ketua adat kecuali mereka bisa menyelesaikan ujian adat setempat.
Namun, pada saat saya memberikan contoh premis dari film LION (Dev Patel) dalam satu kalimat berdasarkan kerangka di atas, mbak Oka kemudian mengoreksi dengan memberikan premis film LION yang lebih panjang alias lebih dari satu kalimat. (Tentunya karena mbak Oka juga sudah nonton filmnya).
Jadi, kesimpulan saya. Premis dibuat selengkapnya namun tetap singkat (cukup 3-5 kalimat) yang mencakup unsur di atas, dengan melibatkan aksi apa saja yang dilakukan tokoh, apa tantangan dan kesempatannya dan bagaimana menyelesaikannya.
Premis ini dibutuhkan sebelum masuk ke penulisan skenario. Sama seperti menulis novel.
SINOPSIS
Merupakan ringkasan cerita, keseluruhan bagian penting cerita dengan menjelaskan karakter utama yang menjalankan cerita dan cukup 1-2 halaman saja.
Teknik Menyusun SINOPSIS :
1. Judul,
2. 5 W + 1 H (Who, What, When, Why, Where, How)
3. 1-2 kalimat pembuka dan 1-2 kalimat penutup
4. Sudut pandang orang ke-3
5. Waktu Sekarang
6. Boleh ada dialog, hanya dialog penting
7. Singkat, padat dan mampu menjaga emosi
Sekali lagi Mbak Oka menjelaskan bahwa SINOPSIS itu keseluruhan penting bagian cerita, jadi tidak ada kalimat pertanyaan seperti : Bagaimana selanjutnya nasib Toni? Apa yang terjadi dengan pasukan pemburu vampire itu? Bila demikian ceritanya belum utuh. Dalam menulis sinopsis hindarkan juga; kalimat berbunga-bunga, terlalu banyak menceritakan karakter, terlalu detail bercerita.
Istilah SINOPSIS YANG FILMIS sebenarnya baru saya dengar pada WORKSHOP WRITERPRENEUR ini. Sinopsis yang filmis maksudnya sinopsis yang berkarakter film. Dimana ceritanya punya teknik menjaga emosi penyimak, memiliki konflik dan bernilai jual.
Setidaknya (yang saya ingat) ada teknik menyusun sebuah cerita film (atau sudah bisa disebut skenario ya, lupa) yang dinamakan STRUKTUR 3 BABAK – 8 SEKUENS.
Status Quo : Tahap perkenalan. Kemunculan karakter, siapakah tokoh ini dan seperti apa kehidupannya. Disini diterapkan 5W1H.
Incident : Kemudian ada sesuatu yang mengubah hidup si tokoh. Misalnya; si tokoh bertemu si gadis yang membuat dia jatuh cinta untuk pertama kalinya Atau: si tokoh kehidupannya baik-baik saja, tahu-tahu divonis sakit.
Lock In : Terjadi keputusan baru di dalam hidup karakter. Misal: Si gadis jatuh cinta juga dan ingin segera menikah.
First Culmination : Muncul permasalahan baru. Tindakan yang diambil karakter ternyata menimbulkan masalah. Di sekuen selanjutnya, ia mengambil keputusan, kemudian terjadi masa-masa tenang.
Second Culmination : Permasalahan baru dimulai kembali. Titik terendah karakter tampak. Di sekuen selanjutnya, karakter dipaksa menyelesaikan masalahnya.
Climax : Kelihatannya masalahnya sudah selesai, cerita berakhir, namun ternyata tidak. Biasanya ada twist disini.
Ending : Muncul resolusi dan cerita kita berakhir.
Dalam pembahasan ini sebenarnya disebutkan prosentase jalannya cerita, juga di sekuen mana karakter baru dimunculkan. Tapi saya lupa. Maaf ya.
ENDRI PELITA
Sumber : IG @tomboyganjen |
Sutradara yang satu ini hadir paling akhir di sesi materi. Negeri Van Oranje, adalah satu karyanya yang bikin mata kerlap-kerlip. Wonderful Orange…. kayak bulirjeruk. Karya lainnya ada “Air Mata Terakhir Bunda” yang tidak salah lagi tidak bukan diambil dari buku Mbak Kirana Kejora.
Lewat ‘Negeri Van Oranje’ Mas Endri Pelita mengajak kami mendalami karakter per karakter. Dalam suatu cerita, karakter tokoh haruslah kuat. Maksudnya segala hal yang menjadi ciri khas dan perilaku tokoh haruslah konsisten, seandainya pun berubah harus ada penjelasan. Lewat ‘Negeri Van Oranje’ juga kami diajarkan bahwa cinta harus diungkapkan
Eaaaaa. Apaan coba sampai harus ditebalin, garis miring ama garis bawahi :D
Maksudnya Mas Endri (yang sebenarnya spoiler banget, tapi saya nggak tulis disini) dalam suatu cerita mesti bikin curious. Bahwa ternyata karakter X yang selama ini dikira-kira pemirsa adalah pembunuh bayaran, ternyata membunuh nyamuk saja tidak rela. Bahwa si tokoh macho yang dinanti-nanti bakalan nembak si cewek, ternyata mau ngomong cinta aja mesti kursus dulu ke India. Kira-kira begitulah contoh dari saya.
Menurut Mas Endri, beberapa ciri cerita yang bagus yaitu :
- MASUK AKAL : meskipun genrenya adalah fantasi, tetap harus diterima akal.
- MENARIK : ada hal-hal yang membuat orang terus menyimak cerita ini.
- ACTION (GERAK) : perubahan gerak atau aksi inilah yang menjadi pengamatan penikmat cerita. Tanpa adanya gerak, cerita akan langsung mati. Dalam bentuk visual, aksi/gerak menjadi hal utama dalam film. Karena bentuk visual tanpa aksi/gerak itu akan kita sebut FOTO sodara-sodara.. bukan FILM.
- CURIOUS : Penasaran nggak sih sama adegan selanjutnya? Penasaran nggak sih sama siapa yang jadian akhirnya? Rasa penasaran selalu menjadi marketing yang baik sampai kapan pun.
- SEDERHANA/KOMPLEKS: Meskipun cerita itu hanyalah cerita sederhana, tapi diramu dengan kompleks, diisi dengan adegan yang punya bumbu. Misalkan saja ‘Negeri Van Oranje’ ceritanya sederhana saja, tidak rumit. Namun dibuat kompleks dengan memuatkan unsur romansa, humor, persahabatan dan lainnya.
- Selebihnya, pada sesi Mas Endri ini lebih banyak diskusi dan tanya jawab.
BELAJAR MEMBUAT SINOPSIS YANG FILMIS
Setelah materi ketiga berakhir, kami langsung diminta MEMBUAT SINOPSIS. Ya, namanya juga workshop, harus ada “work=kerja” dan “shop= makan sop”.
Peserta kemudian dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok. Pada situasi inilah kesan gregetannya dapat banget. Saya buat list gregetnya aja deh biar enak:
Ø Panitia meminta peserta harus selesai sesuai durasi yang diminta sedangkan kami tidak berpengalaman membuat sinopsis. Sebelum tahap sinopsis, kami membuat PREMIS lebih dahulu.
Ø Saya sendiri sejak awal melibatkan diri dengan mahasiswa (STIE MADANI). Saya bisa saja duduk dengan teman-teman komunitas penulis, tapi saya pengen menantang diri sendiri untuk berkumpul dengan orang-orang yang tidak saya kenal. Dan ternyata seruuu.
Ø Tantangan lainnya adalah, menyatukan isi 8 kepala dalam 1 buah cerita. Walhasil, di tim saya sendiri pasti ada yang dominan menyalurkan ide.
Ø Lalu, kami juga harus mampu membedakan sinopsis dengan cerpen. Mbak Oka dan mbak Kirana sudah berulang kali menyampaikan jangan sampai yang dihasilkan nantinya adalah cerpen (pengalaman dari workshop sebelumnya).
Ø Karena sinopsis merupakan rangkuman keseluruhan cerita dari awal hingga akhir, termasuk penempatan konflik dan solusi, maka ini juga tantangan bagi kami yang yah minimal ada riset kecil-kecilan sehingga cerita dapat dipahami dan masuk akal.
Ø Sinopsisnya harus yang filmis. Jadi nggak bisa yang biasa-biasa aja, datar dan kurang konflik. Apalagi ceritanya tidak menjual. Macam cerita hidupku.
Hasilnya, situasi yang menegangkan ini berbuah (cukup) manis.
Kami semua ngakak bareng (lho kok..)
Bagaimana pun juga pengalaman membuat sinopsis keroyokan ini sesuatu yang baru bagi kami, besar kemungkinan banyak salahnya. Dan ternyata banyak lucunya.
Tiap kelompok saja, namanya lucu-lucu: ada tim “sebentar lagi” (mungkin karena ditanya ‘kapan selesainya?’ sebentar lagi jawabnya… lalu ada tim yang hanya mereka bisa menyebutnya dan saya sudah lupa nama tim sendiri.
Genre yang ditawarkan tiap kelompok berbeda-beda. Ada roman, drama, thriller sampai komedi. Tim saya menawarkan drama; kisah Ngatini (yang versi foundernya: Ngatini adalah gadis yang bermimpi menjadi fashion designer karena ibunya penjahit, kemudian ibunya meninggal, hingga Ngatini mendapatkan ibu tiri yang kejam, lalu dipaksa menikah, lalu suaminya terseret korupsi, hartanya disita, lalu ia mengidap kanker, ---versi aslinya Ngatini mati, tapi karena kami protes, akhirnya Ngatini hidup kembali--- berjuang dan berhasil meraih impiannya hingga memiliki brand fashion NGATINI).
Cerita lain tidak kalah serunya. Ada judul favorit saya :”Julak Ipul dan Bule Haw Haw”. (Haw-haw = istilah Balikpapan untuk orang yang nggak nyambung-nyambung ). Saya perhatikan tim ini serius banget ngerjain sinopsisnya, pasti mereka paling bagus dan paling benar deh sinopsisnya. Entah gimana pas tampil malah standup comedy, kocak abis. Yang saya suka dari cerita ini adalah jika difilmkan maka keseluruhan Kota Balikpapan bisa ditampilkan, minus yang jelek-jeleknya. Karena dalam cerita ini Si Julak Ipul yang notabene sopir angkot membawa Si Bule Haw Haw berkeliling Kota Balikpapan.
Sebenarnya karena sinopsis kami banyak yang bolong-bolong, jadi berkesan lucu. Bolong-bolong adalah istilah yang dipakai Mbak Oka Aurora atas ketidaklengkapan cerita, data, teknik penulisan, dan unsur sinopsis lainnya.
Maksudnya begini, misal : “Roni adalah pekerja keras dari Dusun Dua. Roni jatuh cinta pada Rini dari Dusun Tiga. Dusun Dua dan Tiga selalu berseteru. Rini Menyerah. Rini kemudian memilih Hamzah dari Dusun Lima.” Maka, mengapa Rini menyerah? Apakah ia juga jatuh cinta pada Roni? Dan siapakah Hamzah? Merupakan perkara bolong-bolong yang dimaksud, yang butuh untuk dietaterangkanlah.
Sebenarnya untuk apa menulis SINOPSIS ?
Karena adanya ketidakmungkinan karya penulis langsung dibaca hingga tamat saat diajukan. Oleh karena itu dibutuhkan sinopsis. Idealnya demikian. Bukan hanya untuk penulisan buku, naskah skenario juga membutuhkan sinopsis. Begitu yang saya pahami.
^^^
Hmm, apalagi ya?
Sepertinya itu aja deh. Karena tulisan ini udah panjang banget >.<
Foto sebelum jalan-jalan Sumber : IG @fitricitagita |
Oya, setelah workshop ini berakhir Mbak Kirana dan Mbak Oka juga menyempatkan jalan-jalan mengitari Balikpapan, bersama beberapa dari kami. Semoga ilmunya menular pada kami ya. Dan yes, hidup literasi.
💚💛💚💛
Salam,
Lidha Maul
Tags
ArtWork
Bekraf
Belajar-Skenario
Endri-Pelita
Film
Kirana-Kejora
Literasi
Membuat-Sinopsis
Oka-Aurora
Penulis-Balikpapan
Reportase
Seruuuuu banget...duh pengen ikut kalo ada acara kayak gini Mbak Lidha hahahaha, bisa tahu dunia baruuu
BalasHapusbegh seru sekali Dira :))
HapusMbaaaakk ulasannya lengkap banget. Beruntung banget bisa banyak banget ilmu ya and thanks for sharing :)
BalasHapusSaya malah merasa ada yang kurang hahahaha banyak lupanya juga kok
HapusIya, tulisannya panjang :))))
BalasHapusHuhuhu.. kalau ada acara kaya gini di sini, seru ya. Lengkap banget gitu mbak ilmunya, untuk pemula macam saya ya.
terimakasih sudah mengiyakan peringatan saya mbak Ria hihihih
HapusWah ini dia ilmu yang aku urung dapatkan langsung kemarin itu ya.
BalasHapusTapi, not to worry, I got it here, right.
Tergelitik dengan "Julak Ipul dan Bule Haw-Haw"
Btw di tempatku di Sumatera juga ada istilah "haw-haw" dan you know what, artinya sama, hahaha...
Ternyata si haw-haw ini lintas geografi yak.
Hahahaha masa' mba
HapusIstilah haw haw udah jarang banget mba, ada juga beleng2, terus e'o'-e'o' <------(apa coba dibaca nih) yg artinya mirip2 serupa
Kayaknya perlu disimpan nih tulisannya lengkap. Baca-baca lagi kalau santai. Semoga terwujud mba Lid, buku solonya. Aamiin.
BalasHapusWuaalaa lengkap apa, ada curhat2nya lho
HapusAmiin Allahumma amiin
seru banget workshopnya. paling hepi kalo ada WS yang bermanfaat kayak gini
BalasHapusAduuh..lucu n seru bgt nih remake ceritanya..aku ikut senyum2 byginnya. Hihi
BalasHapusWah, seru banget ya Mbak workshopnya. Kirain tadi sinopsis yg filmis tuh sinopsis buku yg gaya nulisnya filmis gitu, jadi pembaca kayak lagi nonton film. Eh ternyata emang sinopsis buat film, ya.
BalasHapusBtw lengkap banget tulisannya, Mbak. Ya pantes panjang :D
Beruntung banget mbak Lidha bisa ikutan workshopnya. Menarik bagi saya, ternyata teori 5 W + 1 H (Who, What, When, Why, Where, How) aplikasinya bisa di mana-mana, bukan hanya ekonomi saja. But...sangat informatif mbak...tak bosan membacanya lagi dan lagi....TFS mbak...
BalasHapusBeruntung bnget ikut acarany jadi tambah ilmu , nuhun sdh d share ilmunya,,, buat sinopsis memang susah2 gampang krn hrs mnarik ksimpun yg padat dn org ngerti
BalasHapusKeceeehhh lohh, panjang dan terstruktur ... Saya malah belum menyusun hasil seminar di blog, wkwkwkkk.
BalasHapusTerimakasih mbak lhida udah sharing. Ceritanya inspiratif banget lo. Rasanya tulisan mbak ini pengen disave saja karena komplit banget. Dari tulisan mbak ini jadi tau penulis 12 menit untuk selamanya . Apalagi tentang Bontang aku suka sekali mbak .
BalasHapusIya saya juga suka Rahma. Makasih ya :)
Hapussaya juga anggepnya yang dibelakang buku itu sinopsis Mbak hehe ternyata beda lagi ya :D Makasih udah sharing ilmunya Mbak ;)
BalasHapusnggak Firda, itu namanya blurb.
Hapus((cieee.... udah bisa ngasih tau orang, padahal saya juga baru tahu))
Waa.. Temanya fresh banget ya. Benar2 menantang kreativitas. Terimakasih banyak sudah sharing sepanjang ini. Semuanya bermanfaat kok :)
BalasHapusUdah lama banget enggak pegang kertas buram, kertas buram itu kertas yang digunakan untuk kertas novel, spertinya ya Mbak. Waahs eneng banget mengikuti acara seperti ini ya
BalasHapusKertas buram itu istilah dari saya untuk menggambarkan kertas buku yang rada kuning-kecokelatan itu. Rasanya ada nama khusus untuk jenis paperbook ini
HapusTulisan itu bisa jadi jalan pendakianmu di bumi, juga bisa jadi sirip penyelamanmu di lautan, selain bisa jadi sayap penerbanganmu ke langit KUASA...semangat! Semua tulisan akan temui takdirnya sendiri-sendiri...belajar dari elang, ia merangkul badai angin untuk melambungkan tinggi terbangnya
BalasHapusYa Allah dikomenin penulisnya.
HapusMohon maaf kalau ada yg keliru nulisnya ya mbak :)
Kalo lg eling aku jg suka nulis pake rumus 5W1H. Kalo eling loooh, srgnya sih jarang eling. Hahahha. Kdg klo dikonsepin dlu suka malah buyar td mau nulis apa ya. Msh amatiran banget. Makasih sharing ilmunya mba. Aku baca lho smpe hbs meski panjang. Panjang tp ga bosenin.
BalasHapusAsyik, dibaca mba Ferna.
HapusMakasih ya :)
Mbakkk... ternyata agak ribet ya.. bikin sinopsis yang films...
BalasHapusGak bisa sekali doank baca tulisan kamu yg ini mbak... ><
"Salam booklopers" heheh
Ini asik banget ikutan acara seperti ini. Daging banget juga ilmunya.. Bermanfaat, Teh..
BalasHapusSemoga bisa belajar juga bikin sinopsis yang filmis, semoga kedepannya bisa ikutan dalam workshop semacam ini :)
Waaah menarik banget, panjang nggak apa2 kalau kayak gini sih. Suka gemes dg blogger buku yg dalam menulis sipnosis cuma mencari kelemahan buku tsb tanpa dasar yg valid, cuma berdasarkan selera aja. Padahal sinopsis bisa dibuat lebih menarik utk kepentingan blognya juga meski tetap menulis yang sebenarnya seandainya buku tersebut memang memiliki banyak kekurangan.
BalasHapus