“Emang
kalau di Jakarta, ntar mau menginap di mana?” tanya saya suatu hari pada Pak
Suami saat kami berniat ke Jakarta.
“Ada deh,
kenalannya ortu, masih tetanggaan juga.”
Maksudnya
masih tetanggaan, karena dulu Mertua tinggal di Jakarta. Ketika akhirnya
menengok rumah lama Mertua, ternyata (kata Pak Suami) tidak banyak berubah,
pohon-pohonnya masih sama, pagarnya tidak berubah, sayangnya hanya kusam sekali.
Iya, rumah itu kusam dan berdebu. Entah ada penghuninya atau tidak. Tapi, rumah
itu sudah butuh sekali jasa kebersihan Jakarta terbaik seperti
kliknclean. Karena bangunannya masih baik-baik saja, hanya kusam-kotor seakan
tidak tersentuh tangan manusia.
Ketika akhirnya balik lagi ke Kalimantan, wah ternyata rumah kami pun setipe
kotornya. Memang, saat jalan-jalan kita mesti merelakan rumah yang bakalan
kotor. Bahkan nggak cuma rumah, tubuh aja sampai lupa dirawat maksimal. Pernah mengalami
nggak sih?
Kalau sudah keasyikan jalan-jalan dan lupa bawa pembersih, air aja udah
cukup jadi cairan pembersih. Lagipula, di masa lalu, cairan pembersihnya ya air
saja. Baru kemudian bertambah dengan macam-macam kelompok organik pembersih. Pernah
membuat cairan pembersih sendiri ?
Karena sempat (melihat) praktik membuat cairan pembersih, yang terdiri dari
sabun cuci piring, pembersih lantai sampai sabun mandi yang memang banyak
menggunakan bahan-bahan alami, saya juga belajar tentang sejarah sabun sebagai pembersih tubuh.
“Semua ini diawali ketika kehidupan manusia terbilang primitif, satu-satunya cairan pembersih yang digunakan
manusia untuk membersihkan sesuatu adalah air. Zaman dahulu kala dimana belum
banyak zat-zat kimia ditemukan, dimana manusia masih banyak berkutat dengan
lumpur, pasir, dan bebatuan, air merupakan sarana yang amat cukup untuk
membersihkan hal-hal semacam itu. Air dapat membersihkan berbagai macam hal
semata-mata karena struktur molekularnya yang membuat banyak zat menjadi larut
dan dapat dibersihkan. Oleh karena itulah air juga disebut sebagai universal
solvent alias pelarut universal.
Penggunaan air sebagai pelarut
universal ini berlangsung cukup lama, mengingat manusia-manusia di zaman prasejarah dulu memang tidak
memiliki aktivitas sekompleks manusia di zaman sekarang. Air di masa itu
benar-benar mampu menjadi satu-satunya pembersih nyaris segala macam, mulai
dari lingkungan hingga tubuh alias digunakan untuk mandi.
Baru lah pada sekitar 2200 sebelum masehi penduduk Babilonia kuno menemukan suatu zat yang dibentuk dari abu kayu dan lemak hewani yang dicampur dengan air. Zat tersebut lah yang kemudian dikenal sebagai sabun, walau kata ‘sabun’ kemunculannya lama setelah itu.
Sabun tersebut kemudian mulai populer
di kalangan penduduk Babilonia kuno dan dipakai untuk membersihkan berbagai
macam hal dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini pun berlangsung cukup
lama sehingga dapat dibilang penduduk Babilonia kuno merupakan salah satu
penemu sabun di dunia. Meskipun demikian tidak ditemukan adanya bukti atau
tanda-tanda bahwa penemuan hal ini mengubah kondisi sosial secara umum. Jangan bayangkan sabunnya sudah
seperti sabun seperti zaman sekarang, ada sabun batangan.
Masih pada zaman yang sama, Mesir
kuno juga mulai menemukan zat pembersihnya sendiri. Mereka mulai membuat sabun
untuk mandi dengan bahan dasar minyak nabati dengan garam alkali. Sabun ini
selain untuk mandi juga mereka gunakan untuk mencuci pakaian mereka. Sementara
masyarakat Yunani kuno justru mandi dengan cara yang mungkin cukup aneh. Mereka
menggunakan tanah lempung yang dicampur
pasir, ataupun abu. Kemudian mereka melapisi tubuh mereka dengan minyak, dan
terakhir mereka membersihkan sisa-sisa zat tersebut dengan pedang ataupun
peralatan apapun yang terbuat dari logam.
Sementara
itu Romawi kuno justru menemukan sabun secara tidak sengaja. Pada zaman Romawi
kuno ada suatu persembahan yang dilakukan dengan cara menyembelih hewan di
gunung berapi ‘Sapo’. Ketika hujan turun, secara tidak sengaja lemak-lemak
hewan yang keluar terbawa air kemudian bercampur dengan debu gunung api.
Akibatnya terdapat zat yang menyerupai sabun dalam jumlah melimpah di
sungai-sungai mereka.
Nama gunung api ‘Sapo’ lah yang kemudian diambil sebagai
kata soap dalam bahasa
Inggris. Setelah kejatuhan bangsa Romawi kuno,
dunia barat justru mengalami kemunduran, dan aktivitas bersih-bersih tubuh saat
itu bukanlah menjadi kebiasaan lagi. Masa-masa ini terjadi selama 1000 tahun,
dimana orang tidak menganggap membersihkan diri sebagai rutinitas dan banyak bermunculan penyakit-penyakit
mematikan di zaman ini. Pada masa inilah dikenal dengan zaman kegelapan alias dark
age.
Meski
demikian berbagai macam kemunduran ini tidak berpengaruh banyak pada
kebersihan diri manusia, dan tercatat pada tahun 1600 setelah masehi kebiasaan
bersih-bersih sudah masuk kembali di dataran Eropa. ”
Memang, dari beberapa bahan bacaan saya tentang
zaman kegelapan, manusia-manusia saat itu kurang peka dengan kebersihan tubuh, tempat
tinggal dan wilayah mereka, hingga muncul wabah penyakit. Tapi, dengan
bergulirnya waktu, tentu saja semua itu berubah. Dengan perubahan zaman pula,
terjadi pembagian beberapa jenis pembersih seperti deterjen, pembersih lantai
dan kaca, sabun cuci tangan, cairan pencuci piring. Dari bahan-bahan
pembuatannya yang mengandung kimia, ada juga yang menimbulkan reaksi tidak
nyaman di kulit.
Pembuatan cairan pembersih ala rumah tangga |
Di rumah kami sendiri, beberapa produk
cairan pembersih yang saya pakai merupakan produk yang ramah lingkungan. Ada
kelebihannya dan kekurangannya. Kelebihannya : tetap nyaman di kulit, nggak
bikin panas, dan hasilnya sama saja seperti memakai produk pembersih biasa.
Kekurangannya : kalau sudah sekian lama tidak dipakai, aromanya akan berubah.
Khusus untuk traveling, saya cenderung membawa
sabun cair yang praktis daripada batangan. Yang penting kalau lagi rempongnya,
mesti disempatkan kesentuh air biar tetap segar-sehat. Karena kita udah nggak hidup di zaman kegelapan
lagi ya kan.
Kalau kalian sendiri tim sabun cair atau
batangan ?
Salam :)
Tags
SponsoredPost
Waah, ternya begitu kisah adanya sabun...
BalasHapusmenarik banget untuk dipelajari, jadi bertambah ilmunya...
Aku suka sabun cair sih. Tapi lebih rempong ya bikin n bawanya?
BalasHapus