Menghidupkan Tempat Kenangan Bersama Huawei Nova 3i

Huawei Nova 3i


Saya berguling-guling di tanah, bukan karena suatu perlombaan, bukan karena saya anak kecil yang baru berjumpa pasir. Sebuah bola baru saja bergulir cepat menghantam dada. Menubruk tanpa saya sadari, atau siapa pun bisa menangkisnya. Anak-anak yang sedari tadi bermain bersama saya, melepas atribut mereka dan seketika berkerumun. Mereka memamerkan wajah-wajah pucat dan kemarahan. Lapisan-lapisan wajah itu juga tampak sama-sama berisi ketakutan seperti ketakutan yang sedang saya hadapi. Sebagian lagi meneriakkan nama saya. Sebagian berusaha mencari pertolongan. Tapi, saya tidak bisa menjawab mereka, sesuatu tercekat di leher. Tidak ada yang bisa keluar, tidak udara, tidak pula kata-kata. Cuma rasa sakit. Saya tahu saya belum mati, tapi saya tidak tahu berapa lama saya akan kesulitan bernapas.
*
Meski belasan tahun silam, kenangan itu masih melekat hingga sekarang. Kenangan itu tepat di sebuah dusun, yang berisi kepolosan anak-anak, keceriaan, kebersahajaan dan kesederhanaan. Dusun itu bernama Bual-bual, nama yang bisa terdengar unik bagi mereka yang pertama kali mendengar. Dusun ini berada di Kab. Kutai TImur, KalTim. Sore di kejadian hantaman bola itu, saya sedang bermain bersama anak-anak dusun, tepatnya bermain voli. Anak-anak bukanlah pelaku utama. 

Setelah cukup sadar, dan perlahan bisa bernapas kembali, saya masih mendapati rasa khawatir membekas di wajah-wajah mereka. Kami masih duduk di rerumputan yang luas, dimana udaranya memang segar. Dua anak diantaranya berusaha untuk membalaskan dendam kepada pelaku. Saya menarik napas panjang-panjang seakan takut kehilangan lagi, sambil berusaha keras tersenyum. “Tidak perlu begitu, nggak apa-apa kok,” kata saya menyudahi. Itu hanyalah ketidaksengajaan belaka. Lalu saya meminta mereka bermain lagi, tapi semua enggan. Pada akhirnya kami bermain tebak-tebakan dan tertawa lepas.

Aneh sekali, kalau sebelumnya kamu merasa mau mati, tak lama kemudian kamu sudah bisa tertawa lagi.

Meski hari itu saya kesakitan, tapi tak sekali pun saya ingin menyebutnya kenangan yang menyakitkan. Dengan kepedulian anak-anak itu, dengan suasana yang mereka bangun, dan senyum yang tetap melekat, sampai sekarang tak ingin saya lupakan. Itu adalah kenangan yang indah, yang layak untuk diulang kembali. Di sebuah tempat yang manis untuk dikenang.

A nice place to remember.

Lain hari, lain cerita, masih di tempat yang sama, di tempat dengan dengungan ombak setiap harinya dan di sisi lainnya, masih terhampar kesunyian kebun dan hutan. Ada anak-anak yang tinggal jauh dari sekolah, saat libur mereka akan pulang. Ada pula yang memilih bolak-balik ala itu, tidak ada transportasi umum. Pilihannya berjalan kaki atau menumpang gerobak sapi.

“Ayo bu (saya maksudnya), mampir ke rumahku. Dekat aja kok.” 

Kemudian saya putuskan untuk mampir ke rumahnya dengan berjalan kaki, yang berakhir dengan rasa lelah dan keringat mengucur deras. Rumahnya berjarak dua kilometer dari sekolah.

Dekat saja kok.

Tapi, tidak usah khawatir. Rasa lelah saya langsung terobati dengan buah kelapa yang dengan mudah tinggal petik saja. Sebut saja nama anak itu “A”, yang bila pulang berjalan kaki berkilometer, maka malamnya dia akan berjalan-jalan lagi mendampingi ayahnya yang tunanetra untuk bersilaturahmi ke kerabatnya. Berkilometer lagi.

Saya tidak tahu semangat anak-anak bersumber dari mana saja. Meski mereka memanggil saya ‘Ibu’, saya merasa harus banyak belajar dari mereka.
foto lama
Seperti saya katakan, di sisi lain tempat ini, ada deburan ombak yang membuat hatimu juga bisa meletup-letup bahagia hanya dengan memandangnya. Suatu hari saya merasa kelaparan, siapa kira mengobrolkan rasa lapar pada anak-anak, membuat mereka berpikir untuk mencarikan saya makanan dari lautan. Maka mulailah kami mencari siput yang bisa dimakan. Untuk pertama kalinya, saya mau makan siput. Saya masih ingat jenis siputnya, tapi sudah lupa pengucapannya. Saya mencarinya di pasir dan perairan dangkal, sedangkan anak-anak itu tak lupa membenamkan badan mereka ke air. Mereka berenang dan menyelam. Itulah pertama kalinya, saya menyaksikan anak-anak kecil menyelam cukup lama tanpa alat apa pun. Dan ?

“Ibu... kita dapat bintang laut.”

Bintang laut pertama saya yang tercantik.
Bual-bual

Jika siangnya saya melihat bintang laut, maka malamnya jutaan bintang di langit bisa saya saksikan secara bebas, tanpa penghalang seperti gedung-gedung atau pun asap perkotaan. Jutaan bintang dengan kelebat bintang jatuhnya bisa membuatmu tersenyum-senyum sendirian. Seakan pemandangan berkilau di langit itu telah mengisap racun-racun di kepalamu. Racun-racun yang bernama pikiran negatif. Sangat susah untuk tidak terpukau.

Tapi, itu sudah belasan tahun silam. 

Untuk menuju dusun ini, bukan selangkah-dua langkah perjalanan. Karena itu, saya tidak bisa dengan mudah bolak-balik ke tempat yang masih satu propinsi ini (masih di KalTim).

Tahun-tahun itu pun cukup sukar untuk merekam aktivitas di tempat itu. Alat perekamnya terbatas. Seperti yang bisa dilihat, saya hanya bisa memamerkan sedikit foto yang ada, itu pun setelah melalui proses editing yang susah payah, karena foto aslinya sudah sangat buram.

Jika bisa menginjakkan kaki di tempat ini, saya harus membawa alat penyimpan audio visual yang tidak berat, misalnya smartphone. Kecil, ringan, dan tidak memberatkan saat dibawa bepergian.

Saya tidak tahu pada hari ini sudah berapa banyak tulisan-tulisan tentang tempat ini yang telah terekspos, pastinya sudah lebih banyak dari dulu. Tapi, mungkin juga tidak bisa disebut sangat banyak. Di sekitar dusun ini, masih banyak tempat-tempat eksotis.

Begitu banyak surga tersembunyi. 

Sebenarnya surga-surga dan kearifan lokal itu lebih mudah tersampaikan di zaman sekarang, hanya dengan menggunakan smartphone. Tentunya dengan smartphone yang bisa mewakili jalan pikiran saya, yang bisa seragam, selaras, serasi, bisa jadi partner yang setia. Smartphone seperti itu sudah ada di dunia ini. Smartphone dengan bekal kamera yang bisa menghasilkan bokeh dan kedalaman pengambilan gambarnya. Smartphone itu bernama Huawei Nova 3i.

BERSAMA SMARTPHONE IDAMAN KE TEMPAT KENANGAN

Lalu, Mengapa Mengidamkan Huawei Nova 3i ?

Saya percaya pada level tertentu, smartphone bisa dibilang telah menjadi pasangan hidup. Kebutuhan masa kini. Nah, begitu pun dengan Huawei Nova 3i.
Huawei Nova 3i
Saya belum memiliki Huawei Nova 3i, jadi tentu saja tulisan ini tidak mengandung review. Tapi, saya mengidam-idamkan smartphone ini untuk menyertai saya menuju tempat kenangan (bahkan ke tempat yang akan menjadi kenangan).

Sebagai smartphone keluaran Huawei dari jajaran Nova i seri ketiga, Huawei Nova 3i telah dibekali teknologi AI (Artificial Intelligence). Saya menyebut teknologi AI ini sebagai teknologi yang memahami pikiran.

Teknologi AI yang ada pada Huawei Nova 3i ini diklaim sebagai teknologi yang terbaik di industri.

Layar besar fullview 6,3 inchi, kemudian desain kelas premium, bodi ramping, kameranya jagoan, anti hang dan penyimpanannya besar adalah ciri-ciri smartphone idaman saya tahun 2018 ini. Dan semua itu ada pada Huawei Nova 3i.

Dari yang saya ketahui, inilah keajaiban-keajaiban Huawei Nova 3i yang menjadi alasan nengapa saya mengimpikannya :

1. Quad AI Camera
Saya tulis fitur kamera sebagai poin pertama, karena setiap kali bepergian, saya ingin memotret tempat-tempat tersebut bersamaan aktivitas saya. Dan fotonya kudu bagus! Karena foto bagus itu merepresentasikan suasananya dan feel-nya bisa dapet banget!

Nah, Huawei Nova 3i ini kameranya nggak tanggung-tanggung: 4 kamera AI (2 kamera depan : 24 MP + 2 MP dan 2 kamera belakang : 16 MP + 2 MP) dengan demikian bisa terciptalah keahlian fotografi untuk kelas smartphone premium. 
Efek bokeh fotografi pun tak perlu diragukan. Karena pada beberapa pengalaman memotret, saya menciptakan efek bokeh manual yang hasilnya terlihat dipaksakan. Namun tidak demikian dengan Huawei Nova 3i ini. 

Smartphone ini juga menjamin kemampuannya sebagai selfie expert. Bayangkan saja 24 MP + 2 MP pada kamera depan. 

Kalian mungkin pernah punya pengalaman minta dipotret teman dan hasilnya tidak memuaskan bukan? Kalian tidak sendiri. Saya pun demikian. Karena ekspresi yang kita harapkan berbeda dengan hasil jepretan kawan. Feelnya bisa jauh banget. Karena itu selfie menjadi pilihan, karena pemilik kamera lebih memahami hasil yang diinginkannya dibanding orang lain.
Dengan algoritma beautification, Huawei Nova 3i ini juga mampu menghasilkan foto-foto wajah yang mengagumkan.

2. Desain Premium
Selain menawarkan layar fullview lebar, Huawei Nova 3i juga menawarkan warna yang futuristik dan elegan, yakni iris purple. Huawei Nova 3i juga disebut-sebut lebih ramping dari pendahulunya. Saya pun berharap Huawei Nova 3i tetap nyaman dalam genggaman dan saku.
Huawei Nova 3i - Iris Purple


3. Penyimpanan 128 GB
Ini dia yang menakjubkan. Storage-nya bikin menganga! Memory internal Huawei Nova 3i ini ternyata 128 GB, terbesar di kalangan smartphone kelas menengah lainnya. 
Bahkan Huawei Nova 3i dinyatakan sebagai smartphone termurah di kelasnya dengan storage 128GB

4. Performa Powerful
Huawei Nova 3i yang berteknologi AI dan dilengkapi prosesor kirin 710 serta antarmuka EMUI 8.2, siap mengajak penggunanya menikmati pengalaman berbelanja yang nyaman, berkomunikasi lancar baik melalui akses internet, serta optimal untuk gaming imersif (berasa nyata). Untuk kemampuan gaming-nya sendiri dibekali GPU Turbo.

Saya bukan gamer, tapi kalau ada smartphone yang dirancang mampu memainkan game-game berat, berarti performa smartphone tersebut memang gahar. Bila saya buka berbagai aplikasi dalam satu waktu dan aksesnya tidak melambat, baterai tidak cepat drop, itu artinya Huawei Nova 3i ini memang jagoan.


MENGHIDUPKAN KENANGAN, MEMBERI ARTI BARU

Banyak kenangan terserak, banyak juga yang terlupa. Setiap hal yang terlewat adalah kenangan, jejak yang tertinggal pun kenangan. Ada kenangan-kenangan yang timbul tenggelam, yang menyakitkan tak ingin dibangkitkan. Namun, yang berisi penyesalan seringkali ingin diulang, diperbaiki hanya agar menjadi indah.

Lalu berharap kenangan indah itu dapat diulang kembali. Tapi, setiap pengulangan tidak akan pernah sama dengan pendahulunya. 

Semua punya rasa yang berbeda.

Karena itu, saya percaya menginjakkan kaki di tempat yang sama dengan sebelumnya, pasti punya rasa yang baru, nilai yang berbeda. Tergantung bagaimana saya mau menyikapinya.
Dan itu bisa berbeda jika membawa Huawei Nova 3i.

Tapi, mengapa smartphone dengan Quad AI Camera seperti Huawei Nova 3i bisa menghidupkan kenangan dan memberi arti kehidupan di dalamnya? 

Bagi saya, alam Indonesia ini begitu indah. Kita mungkin tidak bisa menjejakkan kaki pada setiap keindahan Indonesia secara sempurna menyeluruh. Tapi, kita bisa memahami keindahannya lewat jepretan-jepretan yang manis.

Kita juga senang mengambil gambar Indonesia dan membagikannya di Instagram. Saya pun demikian.
Saya senang jika alam di Indonesia tak perlu diubah kealamiannya menjadi spot-spot instagrammable yang berwarna-warni. Kalau hanya demi bagusnya feed Instagram, semua itu bisa dilakukan oleh smartphone yang keren, seperti Huawei Nova 3i. Apalagi kalau kamera pintar bisa merepresentasikan apa yang kita rasakan dan kita alami.

Termasuk juga membawa Huawei Nova 3i ke Bual-Bual. Karena meski pernah ke tempat tersebut, saya tidak ingin menikmatinya sendiri. Saya ingin menceritakannya, saya ingin membagikannya baik dalam bentuk gambar atau pun video. Saya masih ingin menambah nilai-nilai pelajaran kehidupan lagi dari kenangan-kenangan yang kiranya bisa dihidupkan kembali.

Ngomong-ngomong, anak-anak yang belasan tahun lalu saya jumpai, sepertinya juga sudah punya anak-anak juga kali ya.  Kalau mereka memanggil saya Ibu, anak-anak mereka harusnya memanggil saya, apa ya?

Huawei Nova 3i - Quad AI Camera
Salam,
Lidha Maul

***

“Tulisan ini diikut sertakan dalam giveaway di blog nurulnoe.com” 






35 Komentar

Terimakasih telah membaca, silakan berkomentar yang baik. Mohon tidak menaruh link hidup, situs yang mengandung SARA, judi online, web scam dan phising, karena akan dihapus.

  1. sepertinya kamera huawei nova 3i keren buat pepotoan

    BalasHapus
  2. anu manggil siapa yah mbak? bude, tante?ibuk? ehh kira-kira begitukah hheee?
    kalau itu momen 11 tahun yang lalu berarti seumuran sama aku saat SD ke MTs yahh mbak
    Lah kalo mereka udah punya anak, aku belum -ehh nikahh belumm- *dijitak* wkkwkwkkwk
    Itu meski foto lama tetep kenangannya kuat mbak, heheee.
    Suka loh sama pemandangan foto lawas itu mbak, ebeneeran deh, sama lihat bintang lautnya. heee
    Selama main ke laut belum pernah ketemu sama Bintang laut, kalau babi laut pernah hihii
    Asyik lagi kalau kesana bawa smartphone Huawei Nova 3i mbak, uhh. bakalan banyak jepret2 nih. Apalagi hasil pepotoannya mbak Lidha bagus angle nyahh heheee
    Good Luck Mbak Lidha heheeee ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. iih ada yg curhat belon nikah hihihi.
      Gak 11 th lalu, tapi belasan... jadi...

      Hapus
  3. Waow kampungnya diatas air, sama kayak kampung saya dulu di Kalimantan Selatan, saya tinggal di atas air, tapi karena gak betah akhirnya pulang ke Jawa

    BalasHapus
    Balasan
    1. lho mas ini di kalsel to dulunya, paraknya pang lawan kaltim

      Hapus
    2. Hehehe, saya gak bisa bahasa Kalimantan Mbak, disana cuma 2 bulan pas masih 5 tahun dulu. Sekarang udah 20 tahun lebih saya belum kesana lagi, ada saudara saya disana

      Hapus
  4. Panggil saja Oma. Hehe

    Nggak kerasa waktu berlalu begitu cepat ya, Mbak. Foto/video itu sangat penting untuk mengabadikan momen2 kita. Pasti akan bermakna kalau sudah kelewat waktunya.

    Saya simpan memori anak di google drive, saat besar nanti, saya ingin perlihatkan kpd mereka. Diary2 saya tulis juga di gdoc. Biar mereka tau menggalaunya bunda mereka. Buat seru2an nanti. Xixi

    BalasHapus
    Balasan
    1. seandainya oma itu pasangannua oppa.. tak apalah ya, daku pengen tunjuk 1 oppa.

      Sebagai anak saya jadi ngebayangin suatu hari bisa baca diary ortu hmmm... menarik sekali

      Hapus
  5. Aduh,,kalau bicara soal tempat kenangan jadi ikutan melow deh. Moga dapat huawei nova 3i,,biar lebih banyak tempat bosa diabadikan.

    BalasHapus
  6. Huawei Nova 3i memang smartphone kelas menengah dengan storage paling wah... mudah-mudahan postingan ini menjadi jalan rezeki untuk memilikinya.

    BalasHapus
  7. iya ya, moment penting kalau gak diabadikan itu sayang, kalau mau mengingat gak ada buktinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba Tira.
      Apalagi mau sharing, no pic hoax katanya

      Hapus
  8. Seumur-umur saya ke pantai, belum pernah bertemu dengan bintang laut :(

    Dan ya benar, kalau menuju tempat itu lagi perlu smartphone yang praktis,ringan dan mudah dibawa ke mana-mana. Terus hasil jepretannya bagus gitu ya.. biar foto-foto di sekitar pantai juga makin asyik.

    BalasHapus
  9. wah, lingkungan yang patut untuk dikenang kembali. semoga berjodoh untuk kembali bertemu ya :)

    BalasHapus
  10. Bual-bual mbak nama daerahnya? Lihat anak-anak itu sekolah dengan sangat semangat (yang harus jalan kaki 2 km saja masih bisa bilang dekat) saya jadi malu sendiri. Lah, mau ngantor pake motor tiap hari aja kesiangan mulu kok wkwkkw.

    Tapi memang ya mbak kalau tinggal di daerah seperti itu selain ketenangan dan kenangan yang sulit dilupakan, rasa syukur kita juga bakal lebih banyak lagi.

    Semoga suatu saat nanti saya berkesempatan juga melihat bintang laut secantik itu di Bual-bual Kaltim :))

    BalasHapus
  11. Huawei nova 3i memang wajar diidamkan. Lebih bagus dikelasnya.

    BalasHapus
  12. Panggil nenek ai, HAHAHA...
    Baidewei, bintang laut kalau di angkat dari air apa tetap masih hidupkah, mba?

    Mawu titip pesan, kalau ntar ke Bual-bual bareng Huawei Nova 3i, foto bareng bintang lautnya di dalam air saja.

    Janji, ya ;)


    BalasHapus
    Balasan
    1. bintang lautnya masih hidup, masih bisa jalan2. Bahkan memang sudah ada yg di daratan.
      Anak2 itu pun langsung kembalikan lagi.

      Baiknya memang gak usah diangkat ke darat ya kan? Tapi saya gak minta lho.. lautan memang kehidupan mereka.
      Mereka punya batasan sendiri.

      Hapus
  13. Ya Allah, udah jadi "nenek" ya ternyata. Hihihi.
    Suka liat foto anak-anak sama bintang laut itu, Mbak. Bagus banget. Apalagi kalo saat itu motonya pake Huawei Nova 3i ya. Pastinya lebih cetar deh hasilnya 😍

    BalasHapus
  14. Akhirnya main kesini lagi. Kangen lihat sepeda dengan jeruji jeruk..hehe
    Sukses ya, Teh. Semoga beruntung.

    Saya juga suka akan tampilannya ini gadget. Terlebih soal speknya, sangat mumpuni untuk menemani ngeblog ya, Teh.

    BalasHapus
  15. Paling suka dengan layarnya yang 6.3 inch. Cocok sekali buat saya yang suka nulis lewat hp. Luas dan minim typo. Udah gitu memorinya 128 GB, luas sekali. Buat nyimpen foto dalam jumlah banyak pasti bakal muat. Ah pokonya mupeng banget sama Huawei Nova 3i ini.

    BalasHapus
  16. Waaahhh... kenangan masa kecil yang luar biasa.
    Semoga sukses ngelombanya, ya :)

    BalasHapus
  17. Gara-gara banyak yang bahas Huawei Nova 3i ini, saya kok jadi mupeng ya? memorinya itu loh yang cucok banget :)

    BalasHapus
  18. review yang menarik. jadi pingin….hehehe
    bagus hasil jepretannya

    BalasHapus
  19. sumpaahhhh ini mah indah banget tempatnya kak, seru kali yah liburan kesana hehe apalagi bawa nova 3i mantabbb

    BalasHapus
  20. Kena bola volley? Aduh, lumayan tuh rasanya ^_^
    BTW semoga dapet handphone idamannya!!

    BalasHapus
  21. Dulu memang susah kalo mau foto2, sekarang modal hp aja udah dapat foto yang bagus dan fotonya juga bisa banyaak.
    Kalo liburan memang enaknya bawa hp aja nggak berat, apalagi bawa hp idaman ini pasti foto2 yg dihasilkan bagus dan menarik.

    BalasHapus
  22. wah baru dengar nama daerah Bual-bual ini di Kaltim. Tapi tempatnya kayaknya dekat laut yaa. pasti sangat indah dan cocok diabadikan di ponsel masa kini

    BalasHapus
  23. Memorynya itu loh yg gak nanggung-nanggung ngasihnya wkwk. Jadi gk kawatir kalau lagi keluar kota dan gk bawah fd/laptop.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama