Gunung-gunung itu
adalah ‘penjaga’ di muka bumi. Air-air bening mengalir darinya. Bahkan bila ia muntah, tanahnya menjadi subur. Manusia merasakan kesejukan dan mendapatkan kehidupan di gunung. Negeri
ini memiliki banyak gunung. Tapi, apakah yang menjadi ‘penjaga’ di daerah pesisir?
Sedangkan negeri ini pun memiliki sebutan negeri yang kaya akan perairannya.
Lebih dari satu dekade lalu adalah tahun-tahun yang berat bagi perumahan sekitar Graha Indah. Banjir dan angin puting beliung kerap menerpa perumahan yang terbilang dekat dengan Pelabuhan Feri Somber tersebut. Tak terhitung berapa kali rumah-rumah penduduk harus mengalami bongkar pasang. Adalah sosok lelaki bertubuh mungil yang tinggal di daerah tersebut lalu berpikir untuk menanam mangrove. Sungguh, dia tidak tahu apa yang dia lakukan sebenarnya, tidak berpikir keuntungan besar apa pun bila dia menanam mangrove di daerah yang rawan banjir itu. Lelaki itu hanya ingin di sekitar rumahnya menjadi rindang, tidak panas menyengat seperti hari-hari yang ia rasakan. Lelaki bernama Agus Bei ini hanya kepalang jatuh cinta dengan pepohonan yang kaki-kakinya merekah mencakar daratan. Tanpa ilmu, tanpa arahan, seorang Agus Bei kemudian terus-terusan mencoba menanam pepohonan di tanah yang lunak. Jatuh bangun dia rasakan. Ada yang menyebutnya gendeng, kurang kerjaan, karena apalah gunanya menanam pohon yang dulunya ditebang oleh perusahaan dan warga untuk kebutuhan hidup. Tidak ada yang memerintahkan, tidak ada uang saku yang akan dia dapatkan.
Lalu, vegetasi mangrove itu tumbuh menyebar. Perumahan tempat Agus Bei tinggal kemudian beralih dari rawan banjir menjadi aman bencana. Lelaki mungil itu pun membuat kesimpulan atas hasil kerja kerasnya, pasti ada hubungan antara mangrove dan fenomena alam sekitar laut.
Dia pun senang atas usahanya, meski tak cepat puas, dia berjanji akan terus melanjutkan perjuangan. Dan saya pun senang pada akhirnya bisa berjumpa dengan seorang lelaki berkulit sawo matang yang pada tahun 2017 lalu menerima penghargaan Kalpataru.
Saya menyebut pepohonan itu sebagai prajurit pesisir, berkumpul berdiri, membentuk kesatuan menjadi hutan dan menjadi penjaga di garis batas laut. Nyatanya, hutan mangrove terluas yang dimiliki dunia ada di Indonesia.
Berkunjung ke Graha Indah, membuat saya teringat kembali petualangan naik kapal feri sedari kecil. Deretan bakau di sepanjang perjalanan selalu membuat tersedot, ingin sekali berlama-lama memandangnya, bertanya bagaimana rasanya berada di dalam sana, dan mengapa Tuhan menciptakan ‘mereka’. Pertanyaan yang sebagian besarnya terjawab setelah beberapa kali berkunjung ke tempat yang telah menjadi wisata favorit warga Balikpapan. Usaha swadaya lelaki keturunan Jawa itu memang membuahkan hasil yang tak disangka. Sebagian kawasan Graha Indah tersebut kini dikenal dengan nama Mangrove Center Graha Indah.
Mangrove Center Graha Indah dan pelopornya (kanan, biru) |
Kawasan yang menjadi ekowisata ini tak hanya menawarkan pemandangan mangrove yang melimpah, tapi juga sarana pembelajaran dan praktik peduli lingkungan.
Ada sekretariat Mangrove Center, wadah bertanya dan pengenalan. Seiring jalan disediakan peta wilayah, dan mendekati perairan terdapat pos pengawasan yang bisa dinaiki siapa saja bila ingin melihat pesona mangrove dari posisi tinggi. Beruntung, bila bisa melihat bekantan yang sedang berayun-ayun di dahan.
Pos Pengawasan |
di atas pos pengawasan |
Mangrove Center yang sudah ditata rapi ini memiliki gazebo, tempat pengunjung duduk-duduk bersantai menghirup udara segar. Konon, hutan mangrove diklaim menyerap karbon lebih banyak dan menjadi penghasil oksigen terbanyak dibanding jenis hutan lain. Sedangkan Balikpapan sendiri adalah bagian dari bumi Kalimantan, yang terkenal akan potensi hutannya.
gazebo |
Selagi bersantai dan menikmati semilir angin, saya juga bisa melihat hewan-hewan mungil yang menyembul dari balik lumpur, seperti timpakul, kepiting, aneka gastropod dan ikan-ikan. Bentuk hewan-hewan itu unik sekali, berbeda dari tempat lain. Hutan mangrove terbukti mampu menyediakan makanan serta lingkungan yang menyenangkan bagi hewan-hewan ini.
timpakul |
Melewati jembatan, disediakan pondo penangkaran bibit mangrove. Pada dasarnya mangrove adalah sebutan untuk semua jenis pohon atau tanaman pesisir yang mampu hidup di lingkungan bersalinitas, dan jenis-jenis bakau termasuk di dalamnya. Contoh satu jenis bakau yang ada di Mangrove Center ini adalah rhizophora apiculata, seperti yang saya potret di bawah ini.
bakau |
Bila ingin menanam mangrove, bisa mendiskusikan dengan pihak pengelola lebih dulu, untuk memilih waktu dan lokasi penanaman. Maklum saja, kalau ingin menanam bakau harus siap masuk ke lumpur.
Bekantan, Primata
Langka dari Wonderful Indonesia
Monyet berhidung panjang adalah nama lain dari jenis primata ini. Saat ini, bekantan sedang berjuang untuk menghadapi kepunahan dirinya. Hewan yang senang berayun dari satu pohon ke pohon mangrove lain ini menurut saya berwarna agak jingga, sehingga mungkin karena itu sering pula disebut Monyet Belanda. Selain tentu, karena hidungnya yang cukup mancung seperti bangsa Belanda.
Di Mangrove Center Graha Indah kita pun bisa melihatnya, walau kadang ia malu-malu. Tapi, jika kurang beruntung masih ada cara lain untuk melihat langsung bekantan beraksi. Namanya trip mangrove. Mangrove Center Graha Indah telah menyediakan fasilitas kapal motor yang bisa digunakan para pengunjung untuk menyusuri keindahan hutan mangrove melalui perairan. Biasanya terdapat satu hingga tiga lokasi yang paling umum tempat primata ini bergerombol. Disitulah, pengunjung bisa berhenti sejenak untuk menyaksikan sekumpulan bekantan beraksi. Karena bekantan sebenarnya adalah monyet pemalu, maka menyaksikan mereka disertai dengan ketenangan dan jarak yang tidak terlampau dekat, akan lebih menyenangkan. Bekantan bukan hanya memanfaatkan mangrove untuk bergelantungan dan tempat tinggal. Monyet berwana keemasan ini pun menikmati daun-daun mangrove yang kaya akan nutrisi.
Kapal motor untuk menyusuri hutan mangrove |
dari muara menuju laut |
Mungkin, banyak yang belum mengetahui, bahwa bekantan pun bisa berenang. Menyaksikan mereka membuat saya terpukau. Biasanya mereka lebih mudah ditemui saat pagi atau sore. Sebenarnya, trip mangrove memang lebih mudah dilakukan saat pagi dan sore, mengingat air laut pasang di dua waktu tersebut. Untuk 1 kali trip, para pengunjung dikenakan Rp 300.000 per kapal motor. Untuk menghemat, rencanakan saja perjalanan bersama kawan-kawan atau keluarga. Namun, jangan khawatir, untuk masuk ke ekowisata di Mangrove Center Graha Indah dan mendapatkan informasi apa pun tentang mangrove tidak dikenakan biaya sepeser pun.
beramai-ramai lebih menyenangkan |
Sekian lama, mangrove berhasil menciptakan daya tarik khas bagi saya, hingga mengenalnya lebih dekat, ternyata hanya membuat saya kian terpukau. Inilah Indonesia, negeri yang kaya akan keindahan alamnya. Wonderful Indonesia.
Kalau kalian punya cerita tentang tempat, alam, atau kuliner dari Wonderful Indonesia yang kalian sukai, silakan bagikan cerita tersebut sesuai syarat pada poster di bawah, selagi masih ada waktu.
Setelah itu, daftarkan cerita kalian di : https://goo.gl/forms/RJuGs5pjTXEj5ZpD3 dan menangkan hadiahnya :)
Yuk, berbagi cerita untuk mengenalkan Indonesia.
Yuk, berbagi cerita untuk mengenalkan Indonesia.
Salam,
Lidha Maul
Lidha Maul
Wow, ini sih keren banget kak. Ijo2 seger gt yess kak hehe
BalasHapusPengen liburan ke sini. Ijo ijo banget. Saya sendiri sebenarnya agak takut dengan bekatan meski blm melihat secara langsung
BalasHapusBagus banget mbak Mangrove Centernya. Kayak di Karimunjawa Jawa Tengah, ada gardu pandangnya juga.
BalasHapusIni mirip yg di kawasan pantai indah kapuk yaaa. Tp kyknya yg di PIK ga seluas ini areanya.Dan setauku ga ada bekantannya juga. Dulu aku heran kenapa mangrove itu dibudidayakan banget. Ternyata krn dia berguna utk menahan abrasi dan banjir. Di kawasan PIk dan pluit itu dulu slalu banjir. Tp sepertinya sejak ada mangrove itu, aku ga prnh dgr lg daerah sana kebanjiran parah
BalasHapussaya suka banget sama ekowisata begini, lebih suka ini ketimbang taman bermain kayak wahana2 gitu . DI sini rasanya fresh, seger dan menennagkan
BalasHapusKerennnn... hijau hijau gitu, sedap dipandang.
BalasHapusSuasana pemandangan alamnya sungguh memikat hati sekali yach, steres bisa kita lepas disana.... :)
BalasHapusHijau, segersege keren. Pemandangan yang menyejukkan mata. Jadi pengen ikut naik perahu.
BalasHapuswaah sejuk banget ya kayanya udaranya, pemandanganya juga bikin mata adem liatnya <3
BalasHapusWah pemandangannya hijau, seger banget kalau liat tempat yang begini..
BalasHapus