photo by Arnel Hasanovic from unsplash.com.
Edited by me.
|
Saya teringat secarik kertas yang telah saya selipkan berulang kali dalam map berisi kertas-kertas dan catatan pekerjaan. Sehelai kertas yang saya cetak mendadak di sebuah warnet, setelah beberapa jam sibuk mencari dan mengolah materi ajar. Belasan tahun lalu, tempat saya mengajar belum dibarengi jaringan internet yang memadai. Kertas yang saya selipkan di map kerja bukanlah bagian dari bahan mengajar, melainkan informasi tentang lomba menulis untuk guru. Meski demikian, nilainya setara dengan informasi kenaikan gaji.
Saya tidak tahu cara menulis yang diharapkan panitia, tapi saya berminat mempelajari dan memberanikan diri untuk sebuah lomba. Pasti tidak akan menang, saya sudah tahu itu.
Lalu, saya mengorat-oret ide tulisan, memasukkannya dalam kertas lain.
Hasilnya luar biasa.
Tidak ada yang berubah, hanya sehelai kertas yang siap menjadi sampah.
Tidak ada cerita yang bisa dibaca.
Saya tidak tahu harus memulai kata-kata dari mana. Meski orang-orang mengatakan menulis itu mudah, ternyata omong kosong ide itu hanya mengendap di kepala. Menjadi guru tidak membantu saya mampu membuat sebuah tulisan yang saya harapkan. Mengapa bisa begitu?
Tahun selanjutnya saya merespon ajakan belajar nge-blog dari Komunitas Balikpapan Blogger dalam bingkai Workshop Blogging untuk guru dan umum. Penggagas acara menyebut, nge-blog baik untuk peningkatan kualitas guru di era digital. Saya senang, meski tidak tahu apa itu blog, senang karena katanya blog bisa menampung hobi menulis. Senang, meski kemudian mendengar yel-yel ‘Hidup Guru Go Blog! Hidup Guru Go Blog!’ mendadak bingung, apakah harus bertepuk tangan, atau menepuk jidat saja.
Memiliki blog tidak lantas membuat saya berani mengecap diri sebagai bloger atau narablog, jika ditulis sesuai kaidah bahasa Indonesia. Saya cukup senang, blog mampu menjadi wadah untuk latihan menulis, mendesain tulisan, gambar, dan hobi lain.
Cara praktis dibanding menerbitkan buku.
Lepas dari perjalanan blog yang kemudian naik turun, barulah pada tahun 2016 saya meyakinkan diri untuk membeli domain dengan nama bulirjeruk.com, bergabung dengan komunitas-komunitas blogger lain dan menggiatkan diri untuk lebih banyak menulis.
Saya tidak bisa mengatakan tulisan saya menarik. Saya rasa masih jauh dari itu. Tapi, saya cukup senang dengan perkembangan yang saya buat.
Alasan lain mengapa saya ingin aktif adalah karena beberapa tahun sebelumnya saya sudah tidak lagi mengajar. Saya berubah menjadi perempuan rumahan dengan segala tetek bengek yang menghampiri. Termasuk lema jenuh yang sering singgah dan mencolek-colek harga diri. Saya tidak mau itu terus terjadi. Saya ingin belajar mengapresiasi diri.
Tugas-tugas rumah harusnya tidak membuat saya lemah, atau mematikan kreativitas yang sedari awal saya miliki. Saya merasa perlu untuk tetap berkembang, dan membagikan harta yang saya miliki. Meski harta itu hanya berupa cerita.
Cerita-cerita yang tercurah dalam platform bernama blog, baik pengalaman unik, opini hingga duka yang mengusik.
Sebagai perempuan rumahan, aktivitas saya memang seputar dapur, kasur, sumur, serta membanjur tanaman sayur. Maka, tulisan-tulisan di blog tentu saja lebih banyak berkutat seputar cerita-cerita tersebut.
Di blog ini, jika digulir hingga ke bawah, dapat dilihat artikel mana yang paling populer. Tulisan tentang ‘murbei enggan berbuah’ ternyata punya tempat tersendiri di hati pembaca. Jika boleh menyebutnya demikian. Karena ternyata, tanpa pernah berpikir akan akibatnya, ada orang-orang yang berkunjung lewat email dan pesan di sosial media yang bertanya dan bercerita tentang murbei. Sebut saja seorang pemuda, setidaknya begitu akunya, yang berkonsultasi tentang tanaman murbei miliknya yang tak kunjung berbuah. Awalnya, ada sedikit rasa tidak nyaman, karena bagaimana pun saya bukan pakar tanaman atau penyuluh pertanian. Saya hanya perempuan rumahan yang mengeluhkan pohon murbeinya yang tidak berbuah cukup lama.
Tapi, diskusi kami berlanjut hingga beberapa waktu.
Saya mengajaknya menerapkan teori-teori pembuahan yang pernah saya coba.
Awal mula, si pemuda bercerita |
Hingga beberapa waktu ke depan, tidak ada lagi kabarnya, saya pikir mungkin memang tidak semua teori pembuahan bisa berhasil.
Namun akhirnya, pemuda itu menghubungi saya kembali dan mengatakan murbeinya sudah berbuah. Perdana.
Waw. Saya girang sekali, segirang cara dia bertutur.
Hasil akhir |
Perasaan bahagia sekaligus bangga ini ternyata tidak bisa disandingkan dengan bahagia karena menang lomba tertentu. Sama-sama membanggakan memang. Tapi, materi bukan tujuan utama saya membangun blog. Berbagi ilmu itu bersifat abadi. Kelak, bisa saja pemuda itu menularkan pengetahuannya kembali. Dan tanpa saya sadari, ada sesuatu yang terus mengalir.
Intinya, pemuda ini tidak merasa malu menjadi petani. |
Lain pula, ketika saya bertutur pengalaman pahit.
Ada orang-orang yang kemudian merasa senasib. Mereka yang tadinya merasa sendiri, tidak ada yang mengerti masalah mereka, lalu ada penutur yang ternyata membuat mereka tidak kesepian lagi. Hal-hal yang kedengarannya sepele, tapi sangat berharga.
Juga sebaliknya, ada beberapa kawan yang mengajak saya diskusi seputar hidup dan beberapa permasalahan lain karena telah membaca blog saya. Ada kebanggaan ketika bisa membantu sesama. Saya pun merasa berharga.
Juga sebaliknya, ada beberapa kawan yang mengajak saya diskusi seputar hidup dan beberapa permasalahan lain karena telah membaca blog saya. Ada kebanggaan ketika bisa membantu sesama. Saya pun merasa berharga.
Bagi saya, berbagi kisah pahit bukanlah aib. Tergantung, bagaimana sebuah cerita dituturkan. Saya tidak mahir bertutur, atau berani menyebut tulisan saya bagus. Tapi, bangga bila tulisan saya punya efek positif.
Berkat blog pula, saya memiliki banyak teman lintas provinsi. Saya juga bertemu dengan banyak tokoh, dan bangga bisa mewancarai mereka.
Bersama sutradara, penulis buku, penulis skenario dan penulis Balikpapan |
Satu hal lagi yang membanggakan yang ingin saya tulis di sini, karena saya menganggap ini prestasi. Kini, pikiran saya lebih positif ketika memandang kehidupan orang lain. Meski punya banyak kekurangan, dan berubah menjadi perempuan rumahan, saya tidak berubah menjadi emak-emak yang mudah nyinyir saat melihat kehidupan orang lain. Atau julid, sesuai istilah sekarang. Atau mudah menghakimi dan mengazab-azabi. Karena dengan banyaknya blogwalking, pelan-pelan saya belajar menghargai proses hidup orang lain. Yah, setidaknya saya menganggap ini prestasi yang membanggakan.
HARAPAN YANG TERTUNDA
Beberapa tahun sebelumnya, saya masih pribadi yang kebingungan ketika diminta menulis dengan tema tertentu. Bingung mau nulis apa, seperti apa, benar atau tidak sesuai ejaan. Tentu saja, sampai kini pun saya masih perlu banyak belajar. Tapi yang berbeda, hari ini saya punya PR tulisan yang menumpuk. Jika dulu memenuhi tulisan di selembar kertas, terasa sukar sekali. Hari ini ada ratusan kertas (dalam bentuk digital) yang belum terselesaikan. Saya berharap, tahun ini bisa mengubahnya menjadi buku.
Berbagi pengetahuan di era digital tidak perlu membuat saya terseok-seok berangkat pagi, dan pulang lelah hingga senja. Saya bisa mentrasfer pengalaman, pengetahuan dan cerita-cerita hanya dari rumah. Tahun ini, saya berharap bisa lebih banyak menanam serta membuat prakarya dari barang bekas dan sampah, dengan begitu akan ada banyak cerita yang bisa dibagi di blog.
Tahun ini pula, saya ingin lebih banyak mengikuti kegiatan literasi. Suasana politik dan prediksi akan bencana, adakalanya membuat suasana lebih panas dari seharusnya. Yah, siapa tahu saja, kata-kata yang baik dan kecerdasan literasi membantu untuk tidak tersulut dan bisa meredam ketegangan. Meski mungkin hanya sedikit.
Meski, saya hanyalah bloger perempuan yang menulis dari rumahnya tentang seputar rumahnya. Era digital membuat saya bangga menjadi perempuan rumahan. Karena rumahan tidak berarti remehan.
Dan, bagaimana pun juga saya bangga bila kebaikan yang saya tulis dapat menular.
***
Menjelang Subuh di Balikpapan
Salam,
Lidha Maul
Ada kebahagiaan tersendiri saat menjadi blogger dan bisa berbagi ke sesama ya mbak. Rasanya nano-nano nyenengun. Ha.. Ha...
BalasHapusya astrid. Bikin bersyukur senantiasa.
Hapusbetul ya dr rumah bisa berkarya
BalasHapusiya mak Tira pun demikian bukan :)
HapusSetiap kali berhasil menulis sebuah tulisan pastinya ada kebahagiaan yang membuncah di hati ibu-ibu yang suka menulis di rumah
BalasHapusdaripada nyemprotin orang, mending nulis.
HapusWalaupun tulisannya semprot menyemprot juga eh wkwkwkw
Era digital membuat kita semakin kreatif dalam mengelola blog, meningkatkan performa blog dan juga branding blog agar jauh lebih baik lagi.
BalasHapusRasanya memang bahagia jika kita membagikan pengalaman melalui tulisan di blog, bisa memberikan manfaat untuk orang banyak... Mantap nih tulisannya
Makasih mas Hendra, ini cuma tulisan sederhana seorang emak-emak
HapusIbu-ibu di zaman digital emang luar biasa
BalasHapushahaha, ibu-ibu era mana pun luar biasa ya
Hapusalhamdulilah y mba bisa berbagi lewat tulisan tidak akan menyangka y mba setiap tulisan ternyata punya pembacanya sendri
BalasHapussemangat mba ttp berkarya terus
Makasih Teh, sama-sama :)
HapusEra digital membuat saya bangga menjadi perempuan rumahan. Karena rumahan tidak berarti remehan.
BalasHapuspernyataan ini membuat entah, rasa bahagia tersendiri. Saya juga perempuan rumahan yang sedang belajar blogging dan nulis.
tetap semangat...salam kenal Mbak Lidha
hehehe... salam kenal mba Wiwid
HapusAlhamdulillah ya Mba Lid tulisan kita ternyata bisa membuat orang lain, memetik ilmunya. Aku suka caramu bertutur itu halus. Semangat ngeblog😍
BalasHapusaish.. disukai sama penulis. Malu lah aku
HapusMbak, aku malu padamu. Mbak Lidha luar biasa. Baik pemikiran, penuturan dalam tulisan maupun langkah nyatanya. Barakallah..
BalasHapuslha aku jadi malu dikomentari gini, masih apalah aku ini. Belum siapa-siapa
HapusBaca postingan ini jadi teringat jaman SMK waktu itu tiap hari aku petik murbei di kebun sekolahan. Btw, aku pun punya banyak pengalaman berharga karena ngeblog. Salam kenal ya, Mbak.
BalasHapusWah biasanya banyak yang mengenang masa SD kalau saya cerita murbei.
HapusSalam kenal juga ya
Sukak dengan kalimat "karena rumahan bukan berarti remehan." Ini tuh penyemangat buatku yang belakangan lagi merekonstruksi beberapa hal dalam dunia blog. Love you mba Lidha
BalasHapuslove you too ipeh
Hapussaranghaeyo
keren-keren. Gapapa, menulis itu perlu proses pembelajaran kok.
BalasHapusyup.. selamanya belajar
HapusJustru itu kelebihannya ngeblog, bisa langsung komunikasi sama pembaca. Nambah kenalan juga mbak. Hehe :D
BalasHapusya banyak yang dikenal sekarang
HapusNah, idem sama Mak Ipeh
BalasHapusBagian ini favoritku jugak!
"... karena rumahan bukan berarti remehan!"
Syukak!
Tapi di rumah bisa jadi banyak remehan rengginang yang di simpan di kaleng khong guan, hahaha
hahahaha... jadi pengen rengginang
HapusKalimat terakhirnya suka banget, hati menghangat sekali (:
BalasHapusJadi ibu rumahan bukan berarti nggak bisa ngapa-ngapain, kita tetap bisa berkarya dari rumah. Belum menghasilkan gapapa, yang penting udah rajin menulis, membagikan cerita dan saling menginspirasi dengan blogger lainnnya.
Makasih Mba untuk tulisan ini (:
wah sama-sama, hanya tulisan sederhana sebenarnya
Hapusdi rumah jadi lebih asyik. lebih semangat karena nggak merasa nganggur. saya pun sudah nggak kerja. lebih banyak di rumah. tapi menulisnya belum ful, masih momong bayi..hihihj
BalasHapussama mba, saya pun gak full. Nanti cerita bayinya bisa banyak tuh
HapusSanga menginspirasi untuk pemula sepertiku ....
BalasHapussama-sama
HapusWah, ngomongin buah murbey... aku jadi pengen punya pohonya dan ditanam didepan rumah...
BalasHapusOh iya, semoga harapannya tercapai dan menghasilkan karya yang unik dan menarik ya...
makadih mas adhi, diri pun demikian ya
Hapussetuju,
BalasHapusmembagi kisah pahit bukan aib. tapi bisa buat pelajaran buat yang lainnya.
Juga melepas beban :D
HapusRasanya tuh bahagia saat orang mengapresiasi tulisan kita, disinilah semangat blogging saya terjaga, setiap komentar, pesan masuk dan masukan yang bikin saya terus berkembang dan terus senang berbagi banyak hal :)
BalasHapuskeep sharing mbak :)
salam Rahman kamal
Salam Rahman Kamal
HapusSaya pun senang bisa berinteraksi karena ngeblog
Jangan lagi berpikir Emak-emak hanya sebatas sein kiri belok ke kanan. Mak-mak Jaman Now, sudah super dan mempu menulis Artikel panjang menarik yang enak dibaca seperti di atas.
BalasHapusSemangat berkebun, Bu Guru. Semangat nge-blog juga. :D
hehehe, makasih mr rockstars... mudah2an ane gak sebatas sein kiri belok kanan
HapusMbaaaa, aku baru soan lagi nih ke blog mu... sekarang ampun deh kerjaan tambah banyak jd waktu BW pun berkurang. Buat aku ngeblog itu rekam jejak dan menuangkan apa yg ada dipikiran hahahah, kalau pun berguna buat yg lain alhamdulillah, jadi meski terseok-seok (jarang BW dan jarang nulis) ku tetap usaha nulis :D Jadi mari semangat nulis mbaaa :D
BalasHapusMbaaa...sekecil a-spun yang kita bagikan, sepanjang positif dan penuh kebaikan insya Allah akan banyak membantu orang lain. Semangaaat selaluu
BalasHapuskereen mbak lidha. eh nama kita mirip. di saya ada huruf s-nya aja hahaha. sama mbak, meski blog saya juga tidak (atau enakan pake kata belum) hits, tapi tetap ada kepuasan tersendiri dr menebar manfaat yaah..
BalasHapusMbaaaakkk.....aku gagal fokus sama logo blognya. Itu roda sepedanya ucul beuddd....hihi...
BalasHapusNah ini yang membuat saya semangat menulis, kadangkala ada saja pertanyaan atau sharing dari orang yg membaca blog kita dan merasa klik hingga akhirnya mau mempercayai kita berbagi masalahnya, rasanya ngak bisa dibandingin dengan materi. Mudah-mudahan jejak tulisan kita abadi dan menjadi solusi untuk masalah orang lain.
BalasHapusEra digital ini sangat menyenangkan sih terutama buat aku ibu2 yg di rumah. Jadi walau suka dibilang remahan dan pengangguran, yg penting aslinya gak gitu 🤣 tetap berkarya ya mbak
BalasHapusAlhamdulillah ngeblog bikin berkah ya Bulir. Aku ngeblog juga jadi terhibur banyak kawan banyak silaturahmi. Barokallah ya Bulir, semoga tulisan jadi ladang amal kita.
BalasHapusAlhamdulilah ya say berkat nulis di blog banyak jalan keberkahan yaa....banyak temen juga...bisa kumpul dan saling silahturahmi..seneng ya..sukses kak
BalasHapusAktivitas ngeblog walau dilakukan dari rumah tetap bisa membahagiakan, Mba Lidha. Karena aku juga gitu hehehe. Niat kita ya untuk berbagi kebaikan dan Insya Allah orang yang membaca tulisan-tulisan itu juga merasa hal yang sama. Kadang rezeki dan peluang ngga disangka-sangka banget datangnya. Tetep semangat dan terus berkarya, Mba.
BalasHapusMengazab-azabi. Mending juga ngasep-ngasep sate (bikin sate), bikin perut kenyang. Hihi
BalasHapusAuto ngakak di bagian yel yel itu, hahaaa.. samangat terus mba, katanya sih setiap tulisan akan bertemu dg pembacanya masing2, semacam jodoh hehee :)
BalasHapusBahagia ya rasanya kalau bisa berbagi kebaikan dengan orang lain meskipun badan tidak kemana-mana. Lewat tulisan pun kita bisa sharing banyak hal bermanfaat untuk sesama.
BalasHapusNah kalau aku awal nulis blog itu lebih le curhat pas program hamil, senangnya sampai saat ini masih banyak yang baca dan suka ada yang nanya via line chat. Itu aja sudah senang sekali, gak pernah mikir tulisan menjadi SEO atau apalah.
BalasHapusMbak Lidhaaa...blogmu paling mudah melekat di pikiranku, sejak pertama kali kenal. "Bulir jeruk" keren ih brandingnya. Terima kasih ya Mbak sudah banyak berbagi hal-hal baik melalui tulisan di blog ini. 😍
BalasHapusAlhamdulillah semangath Mak... pasti sangat bahagia ketika kita bisa berbagi, dan bermanfaat bagi orang lain. Sukses ya Mak...
BalasHapusmbaa sukaa sama tulisannya :*
BalasHapusiya, aku nguprek di rumah aja. kalo ga nulis blog tu rasanya hampa. walo cuma sekedar tulisan curhat, rasanya plongg gitu dan bahagia setelah dipublish :)
Betul mba, sama seperti yang saya rasakan. Sejak jadi blogger, meski di rumah saja rasanya positif & produktif. Jaringan pertemanan juga makin luas, lebih bahagia menjalani hidup.
BalasHapusSemangat menebar tulisan positif ya mba.
Kak Maulida, salam kenal yaa, terima kasih kemarin sudah mampir ke rumah mayaku.
BalasHapusSeneng banget kalau liat perempuan melek literasi, berdaya dan berinisiatif untuk membangun masyarakat dengan apapun yang dimiliki, Homw is where everything is start actually. So, be a hero from home is great!
Keren mba Lidha. Emang emak -emak (jaman apa pun ) hebat! Thank for the inspiration!
BalasHapusSaya pikir tulisan ini untuk LOMBA BLOG NODI, soalnya bahas bangga jadi narablog di era digital. Hem, inspiratif sekali. Beda dengan apa yang saya tulis lebih condong pada diri sendiri bukan memfokuskan pada berbagi meski saya memang berharap lewat blog bisa berbagi.
BalasHapusKita sebagai ibu rumah tangga bisa tetap survive berkat blog, ada banyak pelajaran besar yang bisa kita peroleh dari blog.
Maaf, lama saya tak singgah. Saya sedang bersihkan blog dari broken link sekalian blogwalking yang dimulai dari posting-an awal. Singgah lagi ke blog teman-teman. :D
Keren Mba Lidha. Jadi inspirasi banyak orang. Jadi ikutan panas pengen lebih giat berbagi lewat tulisan. Sukses selalu..
BalasHapus